2 : PRINSIP-PRINSIP MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
I. PRINSIP-PRINSIP MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
Prinsip
adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran
umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman
untuk berpikir atau bertindak. Jadi, dapat dikatakan bahwa, prinsip multimedia
pembelajaran merupakan dasar atau kebenaran untuk dijadikan pedoman untuk berpikir
atau bertindak.
1. Prinsip Multimedia
Prinsip multimedia berbunyi murid bisa belajar lebih
baik dari kata-kata dan gambar-gambar daripada dari kata-kata saja (Mayer,
2009:93). Yang dimaksudkan dengan kata-kata adalah teks tercetak di layar yang
dibaca pengguna atau teks ternarasikan yang didengar pengguna melalui speaker
atau headset. Yang dimaksudkan dengan gambar adalah ilustrasi statis seperti
gambar, diagram, grafik, peta, foto, atau gambar dinamis seperti animasi dan
video. Clark & Mayer (2011:70) menggunakan istilah penyajian multimedia
untuk menyebut segala penyajian yang berisi kata-kata dan gambar.
Mayer (2009:93) beralasan bahwa saat kata-kata dan
gambar-gambar disajikan secara bersamaan, siswa punya kesempatan untuk
mengkonstruksi model-model mental verbal dan piktorial dan membangun hubungan
di antara keduanya. Sedangkan jika hanya kata-kata yang disajikan, maka siswa
hanya mempunyai kesempatan kecil untuk membangun model mental piktorial dan
kecil pulalah kemungkinannya untuk membangun hubungan di antara model mental
verbal dan piktorial.
2. Prinsip Keterdekatan
Prinsip keterdekatan terbagi dua, yaitu keterdekatan
ruang atau keterdekatan kata tercetak dengan gambar yang terkait (Mayer,
2009:119; Clark & Mayer, 2011:92) dan keterdekatan waktu atau keterdekatan
kata-kata ternarasi dengan gambar yang terkait (Mayer, 2009:141; Clark &
Mayer, 2011:102). Prinsip keterdekatan ruang menyatakan bahwa siswa bisa
belajar lebih baik saat kata-kata tercetak dan gambar-gambar yang terkait
disajikan saling berdekatan daripada disajikan saling berjauhan (Mayer,
2009:119). Sedangkan prinsip keterdekatan waktu menyatakan bahwa siswa bisa
belajar lebih baik jika kata-kata ternarasikan dan gambar-gambar yang terkait
(animasi atau video) disajikan pada waktu yang sama (simultan) (Mayer,
2009:141).
Alasan Mayer (2009:119) berkaitan prinsip keterdekatan
ruang adalah saat kata-kata dan gambar terkait saling berdekatan di suatu
layar, maka murid tidak harus menggunakan sumber-sumber kognitif untuk secara
visual mencari mereka di layar itu. Siswa akan lebih bisa menangkap dan
menyimpan mereka bersamaan di dalam memori kerja pada waktu yang sama.
Sedangkan untuk keterdekatan waktu, Mayer (2009:141) beralasan bahwa saat
bagian narasi dan bagian animasi terkait disajikan dalam waktu bersamaan, siswa
lebih mungkin bisa membentuk representasi mental atas keduanya dalam memori
kerja pada waktu bersamaan. Hal ini lebih memungkinkan siswa untuk membangun
hubungan mental antara representasi verbal dan representasi visual.
3. Prinsip Modalitas
Prinsip modalitas menyatakan bahwa siswa bisa belajar
lebih baik dari animasi dan narasi (kata yang terucapkan) daripada dari animasi
dan kata tercetak di layar (Mayer, 2009:197). Berdasarkan teori kognitif dan
bukti riset, Clark & Mayer (2011:117) menyarankan untuk menarasikan teks
daripada menyajikan teks tercetak di layar saat gambar (statis maupun bergerak)
menjadi fokus kata-kata dan saat keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan.
Mayer (2009:197) beralasan bahwa jika gambar-gambar
dan kata-kata sama-sama disajikan secara visual, maka saluran visual akan
menderita kelebihan beban tapi saluran auditori tidak termanfaatkan. Jika
kata-kata disajikan secara auditori, mereka bisa diproses dalam saluran
auditor, sehingga saluran visual hanya memproses gambar.
4. Prinsip Koherensi
Prinsip koherensi menyatakan bahwa siswa bisa belajar
lebih baik jika hal-hal ekstra disisihkan dari sajian multimedia (Mayer,
2009:167). Prinsip koherensi terbagi atas tiga versi, yaitu pembelajaran siswa
terganggu jika gambar-gambar menarik namun tidak relevan ditambahkan (Mayer,
2009:170; Clark & Mayer, 2011:159), pembelajaran siswa terganggu jika suara
dan musik menarik namun tidak relevan ditambahkan (Mayer, 2009:181; Clark &
Mayer, 2011:153), dan pembelajaran siswa akan meningkat jika kata-kata yang
tidak dibutuhkan disisihkan dari presentasi multimedia (Mayer 2009:188; Clark
& Mayer, 2011:166).
Mayer (2009:167) mengemukakan alasan teoretis bahwa
materi ekstra selalu bersaing memperebutkan sumber-sumber kognitif dalam memori
kerja sehingga bisa mengalihkan perhatian siswa dari materi yang penting.
Hal-hal ekstra juga bisa menganggu proses penataan materi dan bisa menggiring
siswa untuk menata materi di atas landasan tema yang tidak sesuai.
5. Prinsip Redundansi
Prinsip redundansi menyatakan bahwa siswa belajar
lebih baik dari gambar dan narasi daripada dari gambar, narasi, dan teks
tercetak di layar (Mayer, 2009:215). Implikasi dari hal ini adalah saran dari
Clark & Mayer (2011:125) untuk tidak menambahkan teks tercetak di layar ke
gambar yang sedang dinarasikan.
Clark & Mayer (2011:135) mengemukakan alasan bahwa
siswa akan lebih memperhatikan teks tercetak di layar daripada ke gambar yang
berkaitan. Saat mata mereka fokus di kata-kata tercetak, siswa tidak bisa
melihat ke gambar yang sedang dinarasikan. Juga, siswa berusaha membandingkan
teks tercetak dengan narasi yang diucapkan sehingga membebani proses kognitif.
Karena itulah, untuk gambar yang sedang dinarasikan, hendaknya tidak
ditambahkan teks tercetak di layar.
6. Prinsip Personalisasi
Prinsip personalisasi menyarankan agar pengembang
multimedia menggunakan gaya percakapan dalam narasi daripada gaya formal (Clark
& Mayer, 2011:182). Gaya percakapan di antaranya dicapai dengan menggunakan
bahasa orang pertama dan orang kedua serta dengan suara manusia yang ramah.
Clark & Mayer (2011:184) menyatakan bahwa riset
dalam proses diskursus menunjukkan bahwa manusia bekerja lebih keras untuk
memahami materi saat mereka merasa berada dalam percakapan dengan seorang
teman, daripada sekadar menerima informasi. Mengekspresikan informasi dalam
gaya percakapan dapat merupakan cara untuk mempersiapkan proses kognitif siswa.
Clark & Mayer (2011:184) menambahkan pula bahwa instruksi yang mengandung
petunjuk sosial seperti gaya percakapan mengaktifkan perasaan kehadiran sosial,
yaitu perasaan sedang dalam percakapan dengan pengarang. Perasaan kehadiran
sosial ini mengakibatkan pembelajar terlibat dalam proses kognitif yang lebih
dalam selama belajar dengan berusaha lebih keras memahami apa yang pengarang
ucapkan, yang hasilnya adalah hasil belajar yang lebih baik.
7. Prinsip Segmentasi dan Pra Latihan
Prinsip segmentasi menyarankan untuk memecah materi
pelajaran yang besar menjadi segmen-segmen yang kecil (Clark & Mayer,
2011:207). Saat sebuah materi pembelajaran kompleks, materi itu perlu dibuat
menjadi sederhana dengan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang dapat diatur
kemunculannya.
Clark & Mayer (2011:210) beralasan bahwa saat
siswa menerima sajian yang berkelanjutan dan berisi konsep-konsep yang saling
berhubungan, hasilnya adalah sistem kognitif menjadi kelebihan muatan, terlalu
banyak pemrosesan yang dibutuhkan. Siswa tidak mempunyai kapasitas kognitif
yang cukup untuk dilibatkan dalam pemrosesan esensial yang dibutuhkan untuk
memahami materi tersebut. Solusi masalah di atas adalah membagi-bagi materi
pelajaran menjadi beberapa bagian yang dapat diatur, misalnya dengan memberi
tombol “Lanjutkan”.
Prinsip pra-latihan menyarankan untuk memastikan siswa
mengetahui nama dan karakteristik konsep-konsep penting (Clark & Mayer,
2011:212). Sebelum siswa belajar proses atau mengerjakan latihan pada suatu
multimedia interaktif, hendaknya siswa diberi materi konsep-konsep penting
berkaitan dengan proses yang akan dipelajari atau latihan yang akan dikerjakan.
Contohnya, sebelum siswa melihat video demonstrasi cara membuat tabel basis
data, siswa perlu mengetahui apa itu tabel, field, dan primary key.
Clark & Mayer (2011:215) menyatakan bahwa pra
latihan dapat membantu pemula untuk mengelola pemrosesan materi kompleks dengan
mengurangi jumlah pemrosesan esensial yang mereka lakukan saat presentasi
disajikan. Saat siswa sudah mengetahui apa itu primary key, mereka bisa
mengalokasikan proses kognitif untuk membangun model mental bagaimana peran primary
key dalam perancangan sebuah tabel. Dengan demikian, alasan diperlukannya
prinsip pra-latihan adalah prinsip ini membantu pengelolaan pemrosesan esensial
yang dilakukan siswa dengan mendistribusikan materi-materi ke dalam bagian
pra-latihan dari materi pembelajaran.
II. PERMASALAHAN
1) Menurut Anda apakah siswa yang
memiliki keterbatasan visual, audio dll, membutuhkan multimedia pembelajaran ?
Jika iya multimedia seperti apa yang digunakan ? Jika tidak mengapa?
2) Bagaimana cara guru dalam menentukan
multimedia yang cocok untuk siswa ?
3) Prinsip personalisasi menyarankan
agar pengembang multimedia menggunakan gaya percakapan dalam narasi daripada
gaya formal. Bagaimana pendapat Anda terhadap hal tersebut ?
4) prinsip keterdekatan waktu menyatakan
bahwa siswa bisa belajar lebih baik jika kata-kata ternarasikan dan
gambar-gambar yang terkait (animasi atau video) disajikan pada waktu yang sama.
Bagaimana pendapat Anda terhadap hal tersebut ?
Baiklah saudari rifa saya akan menjawab permasalahan nomor 2
BalasHapusDalam hal ini guru haruslah pandai dalam memilih media apa yang sesuai dan cocok digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu beberapa faktor dan kriteria yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menggunakan media, diantaranya :
1. Faktor tujuan.
Media dipilih dan digunakan haruslah sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan/ dirumuskan
2. Faktor Efektifitas.
Dari berbagai media yang ada, haruslah dipilih media yang paling efektif untuk digunakan dan paling tepat/sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan
3. Faktor kemampuan guru dan siswa.
Media yang dipilih dan digunakan haruslah sesuai dengan kemampuan yang ada pada guru dan siswa, sesuai dengan pola belajar serta menarik perhatian
4. Faktor fleksibilitas (Kelenturan), tahan lama dengan kenyataan.
Dalam memilih media haruslah dipertimbangkan kelenturan dalam arti dapat digunakan dalam berbagai situasi, tahan lama (tidak sekali pakai langsung dibuang), menghemat biaya dan tidak berbahaya sewaktu digunakan.
5. Faktor kesediaan media.
Sekolah tidak sama dalam menyediakan berbagai media yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing sekolah. Misalnya guru membuat sensiri, membuat bersama-sama siswa, membeli, menyewa, dll
6. Faktor kesesuaian antara manfaat dan biaya.
Dalam memilih media haruslah dipertimbangkan apakah biaya pengadaannya sesuai dengan manfaat yang didapatkan
7. Faktor kualitas dan tehnik.
Dalam pengadaan media, seorang guru harus mempertimbangkan kualitas dari media tersebut, tidak sekedar bisa dipakai. Media yang bernutu/berkualitas bisa tahan lama (tidak mudah rusak), dan sewaktu-waktu digunakan lagi tidak harus mengusahakan yang baru.
8. Objektifitas.
Metode dipilih bukan atas kesenangan atau kebutuhan guru, melainkan keperluan sistem belajar. Karena itu perlu masukan dari siswa.
9. Program pengajaran
Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik menyangkut isi, struktur maupun kedalaman.
10. Sasaran program
Media yang akan digunakan harusdilihat kesesuaiannya dengan tingkat pekembangan anak didik, baik dari segi bahasa, simbol-simbol yang digunakan, cara dan kecepatan maupun waktu penggunaannya.
Nama saya Dara Juliana (A1C116026). Saya akan menjawab pertanyaan anda nomor 4. Yaitu prinsip keterdekatan waktu menyatakan bahwa siswa bisa belajar lebih baik jika kata-kata ternarasikan dan gambar-gambar yang terkait (animasi atau video) disajikan pada waktu yang sama. Bagaimana pendapat Anda terhadap hal tersebut ?
BalasHapusJawabannya adalah benar. Karena dengan adanya narasi dari kata kata lalu dilengkapi dengan gambar pada waktu yang bersamaan maka memudahkan siswa untuk memahami pembelajaran yang akan diikuti dan dipelajari. Proses pembelajarannya juga akan lebih cepat nyambung, karena setelah mempelajari teori, lalu dilengkapi dengan gambar, maka siswa akan mudah untuk membangun konsep nya tersendiri melalui gambar atau audio visual yang ditunjukkan. Dan waktu penampilan narasi beserta gambarnya ini memang ada baiknya dialkukan dalam waktu yang bersamaan.
Saya mencoba menjawab pertanyaan nomor 1.
BalasHapusKeterbatasan anak berkebutuhan khusus menjadikan mereka memiliki keterbatasan dalam mengakses aktifitas baik fisik atau psikis. Namun bukan berarti multimedia tidak dapat diberikan kepada mereka. Terlebih mereka sangat membutuhkan multimedia untuk menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh guru.
-Media yang digunakan untuk Anak Tuna Netra lebih spesifik atau lebih mengutamakan indera pendengaran dan indera perabaan guna menyamakan persepsi mereka.
-Anak Tuna Rungu memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mendengar, media pembelajaran yang cocok untuk Anak Tuna Rungu adalah media visual dan cara menerangkannya dengan bahasa bibir/gerak bibir.
-Anak tunagrahita kurang mampu berfikir abstrak, mereka membtutuhkan hal-hal kongkrit. Agar terjadinya tanggapan tentang obyek yang dipelajari, warna media harus menyolok dan bentuk garis harus abstrak.
- Media pembelajaran yang digunakan untuk anak tuna daksa sama dengan anak-anak normal lainnya hanya saja disesuaikan dengan materi dan kecacatan bagian yang mana dialami oleh anak. Agar terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif.
Saya akan menjawab pertanyaan nomor 3 menurut saya itu benar karna apa kita harus membuat suasana kelas tidak begitu tegang sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dengan baik maka dari itu bahasa formal kurang bagus digunakan, karena kebanyakan siswa lebih memilih belajar dengan santai
BalasHapus