3 : TEORI PEMROSESAN INFORMASI MENURUT GAGNE DAN ATKINSON

  I. TEORI PEMROSESAN INFORMASI

Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku seseorang dalam situasi tertentu yang disebabkan oleh “pengalaman berulang” terhadap situasi tersebut. Dalam tinjauan psikologi kognitif belajar diartikan sebagai The process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan).[1] Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman hidup yang dialami oleh si pelajar agar menjadi mandiri. Belajar erat kaitannya dengan pengembangan kognitif (penguasaan intelektual), afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) dan psikomotorik (keterampilan bertindak atau berprilaku). Dalam pandangan pakar psikologi belajar kognitifis, keberhasilan belajar di ukur oleh kematangan kognisi si pelajar, dalam hal ini otak sebagai organ tubuh yang berkaitan dengan intelejensi, menjadi sangat dominan sebagai pusat memori.[2]
Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi.[3] Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif, bagi sibernetik mengkaji proses belajar  penting dari hasil belajar, namun yang lebih penting  dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Asumsi ini didasarkan pada suatu pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Dengan penjelasan saat seorang siswa dapat memperoleh informasi dengan satu proses dan siswa yang lain juga dapat memperoleh informasi yang sama namun dengan proses belajar yang berbeda.

Pemrosesan informasi itu sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses yang terjadi pada peserta didik untuk mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti pendekatannya lebih kepada proses memori dan cara berpikir. Dalam teori pemrosesan informasi, terdapat beberapa model mengajar yang akan mendorong pengembangan pengetahuan dalam diri siswa dalam hal mengendalikan stimulus yaitu mengumpulkan dan mengorganisasikan data, menyadari dan memecahkan masalah, mengembangkan konsep sehingga mampu menggunakan lambang verbal dan non verbal dalam penyampaiannya. Bahkan orientasi utama pada modelnya mengarah kepada kemampuan siswa  dalam mengolah, menguasai informasi sehingga dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang akan didapatkannya. 
II. TEORI PEMROSESAN INFORMASI GAGNE
Robert Mills Gagne adalah seorang ilmuwan psikologi yang lahir pada tahun 1916 di North Andover, MA dan meninggal pada tahun 2002. Tahun 1937 Gagne memperoleh gelar A.B. dari Yale dan tahun 1940 gelar Ph.D. pada bidang psikologi dari Brown University gelar Prof. diperoleh ketika mengajar di Connecticut College For Women dari tahun 1940 - 1949. Demikian juga ketika di Penn State University dari tahun 1945 - 1946 dan terakhir diperolehnya dari Florida State University.


Antara tahun 1949 - 1958 Gagne menjadi Directur Perceptual and Motor Skills Laboratory US Air Force pada waktu inilah mengembangkan teori “Conditions of Learning” yang mengarahkan pada hubungan tujuan pembelajaran dan kesesuaiannya dengan desain pengajaran. Teori ini dipublikasikan pada tahun 1965 (Anonim,1; Gagne,1). Dia juga dikenal sebagai seorang psikolog eksperimental yang berkonsentrasi pada belajar dan pengajaran. Pada awal karirnya, Gagne seorang behaviorist. Kontribusi Gagne dalam bidang pengembangan pengajaran adalah tulisan-tulisannya tentang: Instructional Sistem Design, The Condition of Learning (1965) dan Princeples of Instructional Design.
Gagne merupakan pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Munculnya teori pemrosesan informasi berawal dari modifikasi teori matematika, yang telah disusun oleh para peneliti dengan tujuan untuk menilai dan meningkatkan pengiriman pesan. Di sisi lain, terjadinya kondisi pemberian dan penerimaan informasi pengetahuan akan tetap kita temukan dalam proses pembelajaran yang secara langsung berkaitan erat dengan proses kognitif. Karena itu teori pemrosesan informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dan dalam perkembangan selanjutnya dalam teori ini akan ditemukan persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Sehingga pada akhirnya teori ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam hal pemecahan masalah.

Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif mengkaji proses belajar penting dari hasil belajar namun yang lebih penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan kondisi internal dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :[4]
1.      Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi.
2.      Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3.      Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan terjadinya proses kognitif dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Teori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan salah satu hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengelola informasi, namun teori ini menganggap sisitem informasi yang diproses yang nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih penting. Karena informasi inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana proses belajar akan berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang dipelajari.
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori belajar yang mencapai kulminasinya (titik uncak) pada “The Condition of Learning”. Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model pemrosesan informasi, pada bukunya “The Condition of Learning” mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth.[5]
Dalam bukunya Robert M. Gagne disebutkan bahwa : A very special kind of intellectual skill, of particular in probelem solving, is called a cognitive strategy. In term of modern learning theory, a cognitive strategy is a control process. An internal process by means of which thinking.[6] Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan dibawah ini, yaitu: [7]
1.   Fase motivasi : siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2.   Fase pengenalan : siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.
3.   Fase perolehan : apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran.
4.   Fase retensi : informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui penggulangan kembali
5.   Fase pemanggilan : pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.
6.    Fase generalisasi : biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat diterapkan diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.
7.   Fase penampilan : tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila stimulus mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga performancenya berubah dari situasi sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8.   Fase umpan balik : para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
Penerapan teori yang salah dalam situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung dalam satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari para tokoh behavioristik dianggap metode paling efektif untuk menertibkan siswa.
Asumsi yang mendasari teori-teori pemrosesan informasi menjelaskan tentang (1) hakekat sistem memori manusia, dan (2) cara bagaimana pengetahuan digambarkan dan disimpan dalam memori. Konsepsi lama mengenai memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya tempat penyimpanan untuk menyimpan informasi dalam waktu yang lama, sehingga memori diartikan sebagai koleksi potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-lepas atau saling tidak ada kaitannya. Akan tetapi pada tahun 1960-an memori manusia mulai dipandang sebagai suatu struktur yang rumit yang mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan manusia
Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan hanya  berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif, murid hanya mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.
III. TEORI PEMROSESAN INFORMASI ATKINSON
Informasi diterima oleh manusia melalui indera. Penerima informasi awal pada indera ini disebut sebagai memori sensorik (sensory memory). Menurut penelitian, informasi dari penglihatan hanya dapat bertahan kurang dari sedetik di memori sensorik, sedangkan informasi dari pendengaran dapat bertahan tiga sampai empat detik. Jika perhatian tidak diberikan pada informasi tersebut maka mereka akan hilang. Namun jika perhatian diberikan maka informasi akan diteruskan menuju memori jangka pendek (short term memory) yang dapat mempertahankan informasi hingga 15 detik.
Berdasar penjelasan tersebut kita dapat menyadari akan peran penting perhatian atau konsentrasi dalam memproses suatu informasi. Ratusan atau ribuan informasi sebenarnya berada di depan kita setiap saat. Namun jika kita tidak memperhatikannya maka sekian banyak informasi itu tidak akan memasuki pikiran.
Apa yang terjadi pada informasi di memori jangka pendek? informasi tersebut juga akan hilang jika kita tidak mengulang-ngulang perhatian padanya. Namun jika pengulangan dilakukan maka informasi dapat diteruskan ke memori jangka panjang (long term memory). Para peneliti menyatakan bahwa memori jangka panjang dapat menyimpan informasi sangat lama, tergantung pada penggunaannya. Jika teknik untuk meneruskan informasi ke memori jangka panjang adalah melalui pengulangan, kita menyebutnya sebagai proses menghafal atau mengingat.
Cara kedua untuk meneruskan informasi ke memori jangka panjang adalah dengan memahami (encoding). Maksudnya adalah menghubungkan informasi baru tersebut dengan berbagai informasi lama yang telah kita miliki (tersimpan dalam memori jangka panjang sebelumnya). Cara kedua ini diyakini membuat informasi dapat lebih tahan lama di memori kita. Selain itu dengan memahami maka semua informasi akan lebih bermanfaat dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.
Berbagai informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang, sewaktu-waktu dapat dipanggil oleh memori jangka pendek jika kita memerlukannya (misalnya ketika menghadapi masalah tertentu). Hingga saat ini para ahli belum dapat menentukan secara pasti berapa kapasitas penyimpanan memori jangka panjang manusia. Karena itu dikatakan bahwa kapasitas memori jangka panjang kita tidak terbatas.
Berdasarkan teori pemrosesan informasi ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para guru:
1. Perhatian sangat penting, oleh karena itu selalu upayakan agar siswa anda benar-benar 
memperhatikan pelajaran. Meskipun mereka tampak melihat anda, namun belum tentu pikiran mereka perhatian kepada apa yang anda jelaskan.
2. Sebaiknya lebih mengutamakan belajar dengan memahami dari pada melalui hafalan.
 
III. PERMASALAHAN

1) Pada fase umpan balik, para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan. Jelaskan menurut pendapat anda tentang hal tersebut !

2) Setiap siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, apalagi cepat lambatnya seorang siswa dalam menangkap pelajaran pasti berbeda satu dengan yang lainnya. Menurut anda, bagaimana peran guru dalam proses pembelajaran agar materi yang diberikan dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda?

3) Menurut Atkinson, salah satu cara untuk meneruskan informasi ke memori jangka panjang adalah dengan memahami (encoding). Jelaskan pendapat anda tentang hal tersebut !

4)  Sebaiknya lebih mengutamakan belajar dengan memahami dari pada melalui hafalan. Jelaskan pandangan Anda mengenai hal tersebut!

 

Komentar

  1. Saya akan menjawab permasalahan nomor 2.
    Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik murid serta berbagai dimensi perkembangannya, maka seorang guru tidak asal suka begitu saja mengembangkan pengajaran di kelas maupun di sekolahnya. Ia dituntut dalam mengembangkan sistem pengajarannya, tidak menyimpang dari prinsip-prinsip psikologis yang ada. Kenyataan ini, menjadi alasan kuat mengapa sistem pengajaran yang dikembangkan guru diharapkan akan semakin dapat melayani kebutuhan murid secara individual dan pengajaran itu benar-benar menjadi menarik dan bermakna bagi murid.
    Sebagai seorang guru yang profesional harus memahami betul karakteristik muridnya, karena setiap murid memiliki perbedaan antara satu dan lainnya. Disinilah peran dan fungsi serta tanggung jawab guru di sekolah, selain mengajar juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik. Perilaku murid, sehingga peran guru bukan hanya sebagai pengajar akan tetapi guru juga mempunyai tugas sebagai motivator atau pendorong, sebagai pembimbing dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan.

    BalasHapus
  2. Saya akan membantu menjawab permasalahan nomor 3
    Dalam menyimpan sebuah ingatan atau memori, kita bisa memilih untuk menjadikan sebuah peristiwa itu sebagai memori jangka panjang atau jangka pendek. Apabila kita memilihnya sebagai memori jangka pendek, maka sebuah peristiwa tidak akan tersimpan lama. Contohnya adalah ketika di sekolah kita belajar tentang matematika. Kita menganggap pelajaran matematika itu sesuatu yang sulit dan tidak menyenangkan. Sehingga, rumus-rumus yang sudah kita pelajari di sekolah tentang matematika akan hilang dan kita tidak akan ingat setelah berada di rumah. Sedangkan memori jangka panjang (long term memory) adalah memori yang dapat menyimpan informasi lebih banyak dan lebih lama. Contohnya adalah ketika kita masih mengingat pesta ulang tahun kita yang ke-17 tahun disaat kita sekarang berusia 20 tahun. Karena kita menganggap peristiwa tersebut bermakna bagi kita. Sehingga, kita menyimpannya di memori jangka panjang.



    Mekanisme otak dalam meneruskan sebuah informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang adalah dengan memahami informasi tersebut berdasarkan pemahaman sebelumnya, pengalaman sebelumnya, konteks yang pernah dialami dan dipahami sebelumnya, dan berdasarkan informasi-informasi yang telah tersimpan di memori jangka panjang sebelumnya. Memahami informasi dan menyimpannya dalam memori jangka panjang adalah proses mengkoneksikan informasi baru dengan informasi-informasi yang telah dipahaminya sebelumnya, menandainya, memberikan konteks terhadap informasi baru tersebut.Memori jangka panjang merupakan aspek penting dari kognisi. Semua bentuk memori jangka panjang dibagi menjadi tiga proses yaitu: encoding, penyimpanan, dan pengambilan. Memori jangka panjang dikodekan dalam lobus temporal medial. Tanpa itu kita tidak bisa menyimpan informasi baru jangka panjang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Baiklah saya akan mencoba menjawab permasalahan pertama

    Fase umpan balik merupakan para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan. Dalam hal ini fase umpan balik sangat efektif karena drngan adanya fase umpan balik maka seorang guru akan mengetahui kemamapuan dari muridnya apakah telah mengetrti mengenai materi yang telah disampaikam atau belom. Sehingga apabila seorang murid belom negerti maka guru dapat menjelaskan ulang mengenai materi yang telah disampaikan . Sekian :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

7 : E-Learning "Gas Mulia" part 2

2 : PRINSIP-PRINSIP MULTIMEDIA PEMBELAJARAN